Minggu, 09 Februari 2014

Terlalu Percaya Diri Part.1


Nama          : Dewi Kurniansih
Kelas          : 9-7
No.absen    : 13
Tugas          : Menulis Cerpen

KD 8.2 Menulis cerpen bertolak pada peristiwa yang pernah dialami

Terlalu Percaya Diri




Hai, namaku Nia. Aku adalah seorang murid di SMPN 179. Sekarang aku sudah kelas 9. Aku akan menceritakan sebuah peristiwa dalam hidupku yang tak akan pernah aku lupakan.

          Aku mempunyai sahabat, bernama, Tia, Ana, dan April. Kami selalu bersama-sama kemana pun kami pergi. Hari ini tanggal 21 Oktober 2012, Tia berulang tahun. Aku, Ana, dan Indah di undang kerumah Tia untuk merayakan ulang tahunnya.
“ Main kerumahku,yuk? Kita makan-makan. Mamahku sudah menyiapakan makanan buat kalian.“ , ujar Tia. 
Tanpa ragu-ragu, kami serempak menjawab dengan semangat, “ Ayooo “.
Untuk sampai kerumah Tia, kami hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit berjalan kaki. Rumahnya Tia lumayan jauh bagi yang tidak terbiasa berjalan kaki.
Setelah sampai, mamahnya Tia menyambut kami dengan hangat.      “Ayo masuk. Kenapa masih di luar? Tia, ajak teman-teman kamu masuk.” , kata mamahnya Tia.
“ Iya, tante ” , jawab aku.

Saat didalam rumahnya Tia, “  Tadi masa aku ngeliat cowok ganteng banget, Kayaknya sepantaran sama kita deh.” , kataku.
“ Yang mana? Yang tadi lagi nongkrong di depan gang yang mau masuk rumah aku? ”, Tia menanggapi.
“Iya . . . .  Benar. Yang itu. Yang tadi lagi nongkrong di depan gang. “, jawabku.
“ Oh …  Itu mah namanya Putra. Dia umurnya satu tahun diatas kita. Dia sekolah di SMPN 223.  “, kata Tia menjelaskan.
“Oh… Namanya putra” . “ Emang kenapa? Kamu naksir ya???”, goda Tia kepadaku. Tapi aku tidak menanggapinya.

Tak lama setelah aku bercakap-cakap dengan Tia tentang Putra, mamahnya Tia keluar dari dapur dengan membawa makanan ringan untuk camilan kami. Setelah itu, beliau menyuruh kami makan siang bersama-sama. Obrolanku dengan Tia tentang Putra, aku lanjutkan setelah makan siang selesai. 

Kemudian, aku dan Tia terlibat obrolan panjang tentang Putra. Sementara itu, Astri dan Indah sibuk menonton film “ Harry Potter”.
Tak terasa, waktu sudah sore. Sudah waktunya aku, Ana,dan Indah pulang.
Kami pun pamitan dengan mamahnya Tia, “Tante, sudah sore. Kami mau pamit pulang. Maaf kalu kami ngerepotin tante. “ , tutur Ana.
“ Sama sekali enggak ngerepotin kok. Lain kali main kesini lagi, ya?  ” , tutur mamahnya Tia .
“ Assalammualaikum “, ucap kami.
“ Waalaikumsalam. Hati-hati dijalan ya? “.
“ Iya, tante.”

Saat aku,Ana,dan Indah berjalan pulang, hendak  melewati gang depan rumah Tia, aku sangat senang dan terkejut. Putra masih nongkrong di sana. Dia sedang bersama teman-temannya. 

Saat esok harinya, pas kami sedang berkumpul di depan kelas, Tia bilang kepada kami, bahwa salah satu diantara kami (aku, Ana, April) ada yang Putra sukain.
“ Katanya Putra, pas kemarin kalian main kerumahku,  dia melihat ada cewek yang sesuai sama tipenya dia. Dan Putra bilang, dia  suka sama yang pakai baju kotak-kotak. Nah, masalahnya kemarin ada 2 orang yang pakai baju kotak-kotak. Nia sama April. Aku enggak tahu yang mana. “ ujar Tia. 
            
Aku berharap orang itu adalah aku. Cewek yang disukain oleh Putra. Hati aku sudah kesenangan duluan.
“ Nanti malam aku tanyain lagi deh sama Putra. Aku kirimin foto kamu Nia, sama April. “, Tia menjelaskan. 

Mendengar kata-kata Tia, aku jadi tidak sabar. Pasti aku. Pasti aku yang cewek yang dimaksud Putra, batinku berkata.

Pagi harinya, seperti biasa, kami berempat berkumpul. Tia membuka pembicaraan , “ Aku sudah nanya sama Putra. Ternyata cewek yang Putra sukain, itu adalah ………” , kalimat Tia terhenti sejenak. Kemudian dia lanjutkan lagi, “ Cewek yang Putra sukain itu adalah. . . . . . APRIL. “

Mendengar jawaban dari Tia itu, hati aku langsung sakit banget. Bagaimana mungkin. Bagaimana mungkin cewek yang Putra sukain itu Indah. Indah itu sahabat aku. Tidak mungkin aku benci kepadanya hanya karena Putra suka kepadanya. Ini bukan salah Indah. Aku sakit hati, itu semua karena Putra. Selama ini aku sudah sangat percaya diri kalau Putra menyukaiku. Tapi itu semua salah besar.Aku mencoba tenangkan hatiku. Perlahan-lahan, tapi pasti.
“ Putra minta nomer kamu,tuh. Aku kasih ya? ” ,ucap Tia.
“ Yaudah ,kasih aja.” , ucap April.
Selama seminggu Putra dan April kenalan lewat SMS, mereka berdua akhirnya jadian. Kenyataan yang begitu pahit harus aku terima. Aku harus bisa mengikhlaskan  Putra jadi miliknya April. Harus bisa. 
Beberapa minggu, setelah kejadian itu, aku akhirnya bisa melupakan Putra. Aku sekarang sudah benar-benar ikhlas Putra jadi milik sahabatku,yaitu April.

-Selesai-

NP : WAKE UP, GILRS!!!
          MOVE ON!!! OKE?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar