Nama : Dewi Kurniansih
Kelas : 9-7
No.absen : 13
Tugas : Menulis Cerpen
KD 8.2
Menulis cerpen bertolak pada peristiwa yang pernah dialami
Terlalu Percaya Diri
Hai, namaku Nia. Aku adalah seorang
murid di SMPN 179. Sekarang aku sudah kelas 9. Aku akan menceritakan sebuah
peristiwa dalam hidupku yang tak akan pernah aku lupakan.
Aku mempunyai sahabat,
bernama, Tia, Ana, dan April. Kami selalu bersama-sama kemana pun kami pergi.
Hari ini tanggal 21 Oktober 2012, Tia berulang tahun. Aku, Ana, dan Indah di
undang kerumah Tia untuk merayakan ulang tahunnya.
“ Main kerumahku,yuk?
Kita makan-makan. Mamahku sudah menyiapakan makanan buat kalian.“ , ujar Tia.
Tanpa ragu-ragu, kami
serempak menjawab dengan semangat, “ Ayooo “.
Untuk sampai kerumah Tia,
kami hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit berjalan kaki. Rumahnya Tia
lumayan jauh bagi yang tidak terbiasa berjalan kaki.
Setelah sampai, mamahnya Tia
menyambut kami dengan hangat. “Ayo
masuk. Kenapa masih di luar? Tia, ajak teman-teman kamu masuk.” , kata mamahnya
Tia.
“ Iya, tante ” , jawab aku.
Saat didalam rumahnya Tia, “ Tadi masa aku ngeliat cowok ganteng banget,
Kayaknya sepantaran sama kita deh.” , kataku.
“ Yang mana? Yang tadi lagi nongkrong
di depan gang yang mau masuk rumah aku? ”, Tia menanggapi.
“Iya . . . . Benar. Yang itu. Yang tadi lagi nongkrong di
depan gang. “, jawabku.
“ Oh … Itu mah namanya Putra. Dia umurnya satu tahun
diatas kita. Dia sekolah di SMPN 223. “,
kata Tia menjelaskan.
“Oh… Namanya putra” . “ Emang kenapa?
Kamu naksir ya???”, goda Tia kepadaku. Tapi aku tidak menanggapinya.
Tak lama setelah aku bercakap-cakap
dengan Tia tentang Putra, mamahnya Tia keluar dari dapur dengan membawa makanan
ringan untuk camilan kami. Setelah itu, beliau menyuruh kami makan siang
bersama-sama. Obrolanku dengan Tia tentang Putra, aku lanjutkan setelah makan
siang selesai.
Kemudian, aku dan Tia terlibat
obrolan panjang tentang Putra. Sementara itu, Astri dan Indah sibuk menonton
film “ Harry Potter”.
Tak terasa, waktu sudah sore. Sudah
waktunya aku, Ana,dan Indah pulang.
Kami pun pamitan dengan mamahnya Tia,
“Tante, sudah sore. Kami mau pamit pulang. Maaf kalu kami ngerepotin tante. “ ,
tutur Ana.
“ Sama sekali enggak ngerepotin kok.
Lain kali main kesini lagi, ya? ” ,
tutur mamahnya Tia .
“ Assalammualaikum “, ucap kami.
“ Waalaikumsalam. Hati-hati dijalan
ya? “.
“ Iya, tante.”
Saat aku,Ana,dan Indah berjalan
pulang, hendak melewati gang depan rumah
Tia, aku sangat senang dan terkejut. Putra masih nongkrong di sana. Dia sedang
bersama teman-temannya.
Saat esok harinya, pas kami sedang
berkumpul di depan kelas, Tia bilang kepada kami, bahwa salah satu diantara
kami (aku, Ana, April) ada yang Putra sukain.
“ Katanya Putra, pas kemarin kalian
main kerumahku, dia melihat ada cewek
yang sesuai sama tipenya dia. Dan Putra bilang, dia suka sama yang pakai baju kotak-kotak. Nah,
masalahnya kemarin ada 2 orang yang pakai baju kotak-kotak. Nia sama April. Aku
enggak tahu yang mana. “ ujar Tia.
Aku berharap orang itu adalah aku.
Cewek yang disukain oleh Putra. Hati aku sudah kesenangan duluan.
“ Nanti malam aku tanyain lagi deh
sama Putra. Aku kirimin foto kamu Nia, sama April. “, Tia menjelaskan.
Mendengar kata-kata Tia, aku jadi
tidak sabar. Pasti aku. Pasti aku yang cewek yang dimaksud Putra, batinku
berkata.
Pagi harinya, seperti biasa, kami
berempat berkumpul. Tia membuka pembicaraan , “ Aku sudah nanya sama Putra.
Ternyata cewek yang Putra sukain, itu adalah ………” , kalimat Tia terhenti
sejenak. Kemudian dia lanjutkan lagi, “ Cewek yang Putra sukain itu adalah. . .
. . . APRIL. “
Mendengar jawaban dari Tia itu, hati
aku langsung sakit banget. Bagaimana mungkin. Bagaimana mungkin cewek yang
Putra sukain itu Indah. Indah itu sahabat aku. Tidak mungkin aku benci
kepadanya hanya karena Putra suka kepadanya. Ini bukan salah Indah. Aku sakit
hati, itu semua karena Putra. Selama ini aku sudah sangat percaya diri kalau
Putra menyukaiku. Tapi itu semua salah besar.Aku mencoba tenangkan hatiku.
Perlahan-lahan, tapi pasti.
“ Putra minta nomer kamu,tuh. Aku
kasih ya? ” ,ucap Tia.
“ Yaudah ,kasih aja.” , ucap April.
Selama seminggu Putra dan April
kenalan lewat SMS, mereka berdua akhirnya jadian. Kenyataan yang begitu pahit
harus aku terima. Aku harus bisa mengikhlaskan
Putra jadi miliknya April. Harus bisa.
Beberapa minggu, setelah kejadian
itu, aku akhirnya bisa melupakan Putra. Aku sekarang sudah benar-benar ikhlas
Putra jadi milik sahabatku,yaitu April.
-Selesai-
NP : WAKE
UP, GILRS!!!
MOVE ON!!! OKE?

Tidak ada komentar:
Posting Komentar